Berikut 10 Orang Terkaya Indonesia versi majalah Forbes tahun 2017
10. Peter Sondakh
Peter Sondakh lahir di tahun 1953. Ayahnya memulai bisnisnya sejak 1954, memproduksi minyak kelapa serta mengekspor kayu. Tahun 1954, ayahnya merupakan inspirasi bisnisnya, meninggal dan akhirnya mewariskan bisnis kecilnya. Dia, Peter Sondakh, yang baru 20 tahun harus mengambil alih bisnis mencari nafkah untuk keluarga. Dia harus membiayai ibu serta empat orang
Ia yang berumur 22 tahun, mengambil alih bisnis minyak kelapa dan ekspor kayu, mendirikan PT. Rajawali Corporation. Melalui Rajawali Corporation, ia memulai bisnis properti sebagai perluasan usaha yang ditekuni ayahnya. Peter mencoba memasuki korporasi besar, berkat keahlian komunikasinya ia dekat dengan orde baru. Menyadari bisnis properti tidak menguntungkan, tahun 1984, menjalin kerja sama dengan PT. Rajawali Corporation miliknya.
Total kekayaan Peter pada tahun 2017 yang dicatat Forbes mencapai US$ 1,7 miliar atau sekitar 22,6 Triliun rupiah. Menempatkannya sebagai orang terkaya ke-1234 di dunia dan orang terkaya nomor 10 di Indonesia.
9. Prayogo Pangestu
Prayogo Pangestu (Lahir di Kebumen tahun 1944) adalah seorang pengusaha Indonesia. Taipan Per-kayu-an terbesar di Indonesia sebelum Krisis Ekonomi 1997. Bisnisnya berawal di akhir 70-an di Djajanti Timber Group dan membentuk Barito Pacific. Operasi pemotongan kayu nya sekarang jauh lebih kecil dari sebelumnya, tetapi kekayaannya masih tertimbun di Tri Polyta Indonesia Tbk, produsen 'polypropylene' terbesar di Indonesia. Kongsi dengan Kartini Muljadi.
Total kekayaan Prayogo pada tahun 2017 yang dicatat Forbes mencapai US$ 1,8 miliar atau sekitar 24 Triliun rupiah. Menempatkannya sebagai orang terkaya ke-1161 di dunia dan orang terkaya nomor 9 di Indonesia.
8. Mochtar Riyadi
Mochtar Riady (Hanzi: 李文正, Hokkien: Li Moe Tie, pinyin: Li Wenzheng; lahir di Kota Malang, 12 Mei 1929; umur 88 tahun) adalah seorang pengusaha Indonesia terkemuka, pendiri dan presiden komisaris dari Lippo Group. Ia banyak dikenal orang sebagai seorang praktisi perbankan andal, serta salah seorang konglomerat keturunan Tionghoa-Indonesia telah yang berhasil mengembangkan grup bisnisnya hingga ke mancanegara.
Total kekayaan Mochtar Riyadi pada tahun 2017 yang dicatat Forbes mencapai US$ 1,9 miliar atau sekitar 25 Triliun rupiah. Menempatkannya sebagai orang terkaya ke-1098 di dunia dan orang terkaya nomor 8 di Indonesia.
7. Theodore Rachmat
Theodore Permadi Rachmat (Oei Giok Eng) (lahir di Kadipaten, Majalengka, 15 Desember 1943; umur 73 tahun) atau yang lebih dikenal dengan TP Rachmat adalah seorang pengusaha yang berasal dari Indonesia. Awalnya ia dikenal dengan kiprahnya sebagai pimpinan Grup Astra, perusahaan yang didirikan oleh pamannya William Soeryadjaya. Ia memulai kariernya sebagai sales Astra pada tahun 1968, setelah dia lulus, ia masuk sebagai karyawan ke-15. Pada tahun 1972, dia dipecaya untuk memulai pekerjaannya mengelola United Tractors (anak perusahaan Astra yang bergerak di bidang alat berat) hingga tahun 2005.
Selepas dari Astra, ia mendirikan perusahaan sendiri yaitu Triputra Group yang bergerak di beberapa bidang seperti karet olahan, batu bara, perdagangan, manufakturing, agribisnis, dealership motor dan logistik pada Oktober 1998. Selain itu bersama Edwin Soeryadjaya, saudara sepupunya, ia turut terlibat membesarkan perusahaan tambang batu bara di Kalimantan, PT Adaro Energy.
Total kekayaan Theodore hampir sama dengan Mochtar Riyadi yakni pada tahun 2017 yang dicatat Forbes mencapai US$ 1,9 miliar atau sekitar 25 Triliun rupiah. Menempatkannya sebagai orang terkaya ke-1098 di dunia dan orang terkaya nomor 7 di Indonesia.6. Murdaya Poo
Murdaya Poo lahir di Blitar pada tanggal 12 Januari 1946. Kemudian pada tahun 1971, Murdaya menikah dengan sang istri tercinta, Siti Hartati Murdaya. Dengan pernikahannya bersama Siti Hartati Murdaya, beliau mendapatkan empat orang anak.
Lelaki ini adalah sosok lelaki dibalik perusahaan kontraktor terkenal yaitu Central Cipta Murdaya Group. Dunia politik yang Murdaya Poo jajaki adalah sebagai anggota legislatif periode 2004 hingga 2009 dari partai PDIP.
Total kekayaan Moerdaya Poo pada tahun 2017 yang dicatat Forbes mencapai US$ 2,1 miliar atau sekitar 28 triliun rupiah. Menempatkannya sebagai orang terkaya ke- 973 di dunia dan orang terkaya nomor 6 di Indonesia.
Total kekayaan Lohia pada tahun 2017 yang dicatat Forbes mencapai US$ 5,4 miliar atau sekitar 72 triliun rupiah. Menempatkannya sebagai orang terkaya ke- 288 di dunia dan orang terkaya nomor 3 di Indonesia.
5. Tahir
Dato’ Sri Tahir (Terlahir Ang Tjoen Ming) (lahir di Surabaya, 26 Maret 1952; umur 65 tahun) adalah seorang pengusaha di Indonesia, investor, filantropis, sekaligus pendiri Mayapada Group, sebuah holding company yang memiliki beberapa unit usaha di Indonesia. Unit usahanya meliputi perbankan, media cetak dan TV berbayar, properti, rumah sakit dan rantai toko bebas pajak/duty free shopping (DFS). Ia menjadi dikenal karena mampu menjadi orang terkaya keduabelas di Indonesia[1] dan seorang filantropis yang mampu menyumbangkan US$ 75 Juta untuk kesehatan.
Total kekayaan Tahir pada tahun 2017 yang dicatat Forbes mencapai US$ 2,8 miliar atau sekitar 37 triliun rupiah. Menempatkannya sebagai orang terkaya ke- 717 di dunia dan orang terkaya nomor 5 di Indonesia.
4. Chairul Tanjung
Chairul Tanjung (ejaan Soewandi: Chairul Tandjung, lahir di Jakarta, 16 Juni 1962; umur 54 tahun[1]) adalah pengusaha asal Indonesia. Ia menjabat sebagai Menko Perekonomian menggantikan Hatta Rajasa sejak 19 Mei 2014 hingga 20 Oktober 2014. Namanya dikenal luas sebagai pengusaha sukses yang memimpin CT Corp.[2]
Chairul memulainya bisnisnya ketika ia kuliah di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia[2]. Sempat jatuh bangun, akhirnya ia sukses membangun bisnisnya.[3][4] Kini perusahaan konglomerasi miliknya CT Corp, menjadi sebuah perusahaan yang membawahi beberapa anak perusahaan seperti Trans Corp, Bank Mega, dan CT Global Resources.
Total kekayaan Chairul Tanjung pada tahun 2017 yang dicatat Forbes mencapai US$ 4,6 miliar atau sekitar 61 triliun rupiah. Menempatkannya sebagai orang terkaya ke- 359 di dunia dan orang terkaya nomor 4 di Indonesia.
Sri Prakash Lohia (lahir di Kolkata, India, 11 Juli 1952; umur 64 tahun) adalah pendiri dan ketua Indorama Corporation. Indorama Corporation adalah perusahaan petrokimia dan tekstil.[1][2]
Lohia lahir dan besar di India, tetapi menghabiskan sebagian besar masa hidup profesionalnya di Indonesia sejak tahun 1974.
Total kekayaan Lohia pada tahun 2017 yang dicatat Forbes mencapai US$ 5,4 miliar atau sekitar 72 triliun rupiah. Menempatkannya sebagai orang terkaya ke- 288 di dunia dan orang terkaya nomor 3 di Indonesia.2. Michael Hartono
Michael Bambang Hartono (Bahasa Hokkian:Oei Hwie Siang, lahir di Kudus, Jawa Tengah, 2 Oktober 1939; umur 77 tahun) adalah salah seorang pemilik perusahaan rokok kretek Indonesia, Djarum.
Michael dan adiknya, Robert Budi Hartono, mewarisi Djarum setelah ayah mereka, Oei Wie Gwan, meninggal pada tahun 1963. Oei Wie Gwan meninggal tidak lama setelah pabrik rokok Djarum terbakar habis.
Michael dan Robert bahu membahu mengibarkan bendera Djarum sampai ke luar negeri. Saat ini Djarum mendominasi pasar rokok kretek di Amerika Serikat, jauh melebihi Gudang Garam dan Sampoerna.
Total kekayaan Hartono pada tahun 2017 yang dicatat Forbes mencapai US$ 8,9 miliar atau sekitar 118 triliun rupiah. Menempatkannya sebagai orang terkaya ke- 145 di dunia dan orang terkaya nomor 2 di Indonesia.1. Robert Budi Hartono
Robert Budi Hartono atau yang memiliki nama asli Oei Hwie Tjhong, (lahir di Semarang, 28 April 1940; umur 77 tahun) adalah seorang pengusaha Indonesia. Ia merupakan anak kedua dari pendiri perusahaan Djarum yaitu Oei Wie Gwan. Robert merupakan keturunan Tionghoa-Indonesia. Kakaknya bernama Michael Bambang Hartono alias Oei Hwie Siang.
Total kekayaan Robert pada tahun 2017 yang dicatat Forbes mencapai US$ 9 miliar atau sekitar 120 Triliun rupiah. Menempatkannya sebagai orang terkaya ke-140 di dunia dan orang terkaya nomor 1 di Indonesia.
Selain Djarum, Robert dan Michael adalah pemegang saham terbesar di Bank Central Asia (BCA). Mereka berdua melalui Farindo Holding Ltd. menguasai 51 % saham BCA. Selain itu, mereka juga memiliki perkebunan kelapa sawit seluas 65.000 hektare di Kalimantan Barat sejak tahun 2008, serta sejumlah properti di antaranya pemilik Grand Indonesia dan perusahaan elektronik. Salah satu bisnis Group Djarum di sektor ini bergerak di bawah bendera Polytron yang telah beroperasi lebih dari 30 tahun. Perusahaan Polytron ini kini juga memproduksi ponsel yang sebelumnya hanya meproduksi AC, kulkas, produk video dan audio, dan dispenser. Melalui perusahaan yang baru dibuat yakni Ventures Global Digital Prima, Global Digital Niaga (Blibli.com), mereka juga membeli Kaskus, situs Indonesia yang paling populer.