Jakarta- Virus Wannacry (Wannacrypt) telah menyerang sistem komputer di RS Harapan Kita dan RS Dharmais, Jakarta.
Kondisi ini membuat sejumlah rumah sakit di Bogor siaga. Mayoritas langsung menjalani instruksi Menteri Komunikasi dan Informasi, Rudiantara, untuk menyelamatkan data penting di sistem komputer mereka.
"Langsung dikoordinasikan dengan departemen IT kami," kata Humas RS Hermina Bogor, Sofi.
Seperti apa instruksi sang menteri? Rudiantara mengatakan, sampai saat ini baru dua instansi pemerintah yang terjangkit virus Wannacry itu. Dia tidak ingin kasus serupa terjadi di instansi lainnya. Baik instansi pemerintah maupun swasta. ''Besok (hari ini, red) instansi-instansi mulai beraktivitas. Jangan online dahulu,'' katanya di Jakarta kemarin (14/5).
Kementerian sudah melansir informasi antisipasi serangan Wannacry. Pertama adalah sebelum menghidupkan komputer atau server, seluruh koneksi internet baik wifi/hotspot atau local area network (LAN), dicopot terlebih dahulu. Setelah itu, data yang tersimpan di-backup atau disalin ke perangkat dengan operating system (OS) selain Windows. Bisa OS Linux atau Mac.
Setelah itu, tim teknis IT bisa menjalankan instruksi yang lebih detail. Di antaranya adalah update Patch MS17-010 yang dikeluarkan resmi oleh Microsoft. File pembaruan itu bisa diunduh secara gratis di laman resmi Microsoft. Sebaiknya file diunduh menggunakan komputer lain. Baru kemudian digunakan untuk updating komputer/server.
Rudiantara mengatakan, cyber security bukan urusan main-main. Untuk itu, Kementerian Kominfo saat ini membuat peta jalan cyber security untuk dunia perbankan, transportasi, dan energi. ''Tiga bidang ini kita anggap paling besar dan vital,'' katanya. Menyusul kemudian ke bidang-bidang lainnya.
Menteri kelahiran Bogor, 3 Mei 1959, itu menjelaskan sistem kerja Kementerian Kominfo tidak seperti pemadam api. Tetapi, ada skala prioritas pelayanan yang perlu diamankan. ''Tapi bukan berarti ketika ada kasus seperti ini kita abaikan,'' tuturnya.
Dirjen Aplikasi Informatika (Aptika) Kementerian Kominfo Semuel Abrijani Pangarepan menceritakan virus Wannacry merupakan hasil pengembangan ilegal dari sebuah program yang diciptakan oleh National Security Agency (NSA) Amerika Serikat. April lalu kelompok peretas yang menyebut dirinya The Shadow Brokers mengklaim telah mencuri tools dalam program NSA itu.
Kemudian oleh The Shadow Brokers, hasil curian itu dipublikasikan secara umum di dunia maya. Hingga kini belum ada pihak yang mengonfirmasi apakah The Shadow Brokers itu atau pihak lain yang telah menciptakan virus Wannacry.
Sejumlah instansi di 99 negara melaporkan telah terjangkit virus tersebut. Seperti Kementerian Dalam Negeri Rusia. Kemudian perusahaan ekspedisi ternama FedEx dan Telefonica juga dikabarkan menjadi korban serangan virus Wannacry.
Semuel mengatakan, file yang terkena serangan virus ini otomatis akan terkunci (lock). Sebab, sistem kerja virus ini adalah mengenkripsi sebuah file sehingga tidak bisa dibuka. Butuh sebuah dokumen dekripsi untuk membukanya.
Dari beberapa gambar tampilan Wannacry yang beredar, si penjahat cyber meminta tebusan USD 300 (hampir Rp4 juta) untuk setiap file jika ingin bisa dibuka kembali. Jika korban tidak segera membayar dalam tempo beberapa jam, nominal tersebut akan naik. Jika sampai enam hari tidak membayar, file akan dilenyapkan secara otomatis.
Menurut dia, semua file bisa terinfeksi Wannacry. Mulai dari dokumen word, foto, slide, dan lain sebagainya.
Lantas, bagaimana virus ini bisa masuk ke sebuah komputer? Semuel mengatakan, banyak cara yang bisa menjadikan virus ini masuk. Di antaranya adalah melalui kiriman e-mail. Jika ada e-mail tidak jelas masuk, kemudian dibuka, maka virus ini bisa langsung menyebar dan menginfeksi file di sebuah komputer.
Semuel mengatakan, kasus Wannacry harus jadi pelajaran. ''Kita harus higienis dalam menggunakan teknologi IT. Gadget itu jangan dianggap sebagai alat saja. Tetapi itu sudah jadi bagian dari diri kita,'' tuturnya.
Dia mencontohkan, orang akan dan selesai makan saja dianjurkan cuci tangan. Termasuk di dunia digital juga. Jika ada layanan IT yang membuka fasilitas online sangat berpeluang menjadi pintu masuk virus Wannacry ini.
Cara lainnya, virus ini juga bisa masuk melalui tautan (link) laman yang tidak jelas keberadaannya. Dia mengatakan bahwa OS Windows versi 8 sampai yang paling baru, relatif aman dari infeksi virus itu. Apalagi jika penggunanya rajin dan patuh terhadap instruksi update dari Microsoft.
''Lain lagi ceritanya kalau yang digunakan OS Windows palsu. Karena lemah sekali perlindungannya,'' jelasnya.
Dia mengingatkan perangkat komputer itu seperti sebuah rumah. Pemiliknya harus menjaga benar supaya tidak dimasuki pencuri. ''Kalau mau keluar rumah, jangan lupa pintu dan jendelanya tidak dimasuki orang,'' jelasnya. Semakin besar sistem komputernya, harus juga dilengkapi dengan perlindungan yang kuat.
Direktur Eksekutif ICT (Information and Communication Technology) Watch Donny B.U. mengatakan, cara virus ini untuk menginfeksi komputer bisa dibilang canggih. Tidak seperti virus lain, yang membutuhkan useruntuk mengeklik atau sejensinya. ''Virus ini bisa masuk komputer meskipun ada celah yang cukup kecil. Bahasa mudahnya mungkin, pokoknya online bisa terserang,'' jelasnya.
Untuk itu, dia mengingatkan, perintah update OS maupun antivirus dilakukan dengan kepatuhan tinggi. Tidak boleh diremehkan. Sebab, salah satu pertimbangan keluarnya update, umumnya, karena telah terdeteksi sebuah celah masuknya virus.
Dia mengatakan, dampak lain dari virus ini adalah menimbulkan kepanikan publik. Menurutnya, korban virus ini bisa jadi lebih dari dua instansi yang sekarang sudah beredar. Donny mengatakan, bisa jadi ada instansi yang tidak mengungkap telah menjadi korban virus Wannacry. ''Karena bisa berdampak pada reputasi instansi atau perusahaan di mata publik,'' tuturnya.
Terpisah, Kementerian Kesehatan (Kesehatan) merespons cepat kasus yang terjadi di RS Kanker Dharmais. Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kemenkes Bambang Wibowo langsung bersurat kepada seluruh rumah sakit di Indonesia untuk waspada.
Bambang meminta, pihak rumah sakit mengikuti imbauan pencegahan dan penyelesaian masalah seperti yang disampaikan oleh Kementerian Kominfo. Mulai dari tidak menghidupkan komputer dalam keadaan terhubung ke internet hingga melakukan back up data selain di OS Windows.
Disinggung soal sistem pencegahan serangan virus di rumah sakit, Bambang tidak berkomentar banyak. Menurutnya, siapa saja bisa diserang oleh virus-virus ini. "Coba dilihat secara menyeluruh, yang kena ada 100 negara. Bahkan di negara-negara maju bukan hanya rumah sakit, tapi juga sektor lain," tandasnya.(wan/mia)